Bondowoso, Media Al-Ishlah – Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso, K.H. Thoha Yusuf Zakaria, Lc menyambut hangat kedatangan Duta Baca Indonesia, Gol A Gong. Gol A Gong bersama timnya dalam rangka Safari Literasi Duta Baca Indonesia tiba di Al-Ishlah pada hari Sabtu, 6 Februari 2022. Satu hal yang paling berkesan, Pondok Pesantren Al-Ishlah adalah Ponpes pertama yang menjadi tuan rumah safari literasi nasional yang diadakan oleh Duta Baca Indonesia bekerjasama dengan Perpusnas.
Ia menyempatkan dirinya untuk memberikan wawasan tentang membaca dan menulis kepada santri dan santriwati Al-Ishlah di ruangan Gedung Serba Guna Pondok Pesantren Al-Ishlah. Ia sedikit menceritakan sedikit kisahnya ketika tangannya diamputasi ketika masih berusia 11 tahun. “Pada umur 11 tahun tangan saya diamputasi. Untuk menghibur saya, ayah saya selalu mengajak saya olahraga setelah Subuh. Ayah saya naik sepeda dan saya mengejar di belakangnya,” kisahnya.
Ia bercerita, bahwa ia sempat bertanya kepada guru mengajinya tentang ajakan ayahnya itu. Lalu gurunya menganjurkan ia mengikuti saran orang tua. Alhasil, karena sering berolahraga dan terus berlatih bulu tangkis, ia merai medali emas kejuaraan bulu tangkis se-Asia Pasifik. Semua kisah dan pengalamannya itu ditulisnya dalam buku terbarunya dengan judul Gong Smash. Sedangkan buku legendarisnya yang berjudul Balada Si Roy, akan segera diangkat ke layar lebar.
Pada kesempatan ini pula, ia membagi buku-buku kepada para santri yang bisa menjawab pertanyaannya. Pertanyaan yang diberikannya tentu berkaitan dengan membaca dan menulis. Gol A Gong menjelaskan kepada santri bahwa menulis bukan hanya sekedar menulis, tapi juga mentadabburi.
Seperti yang dikisahkannya bahwa selama menulis Balada Si Roy, ia melakukan riset yang cukup lama. Mencoba mentadabburi apa yang mau ia tulis. Ia benar benar menyiapkan desain tulisan yang akan ia luncurkan. Ia mengatakan bahwa menjadi seorang penulis best seller itu harus memilih lokasi unik dan jarang dikunjungi dalam ceritanya. Lokasi tersebut kemudian diceritakan pula tentang kulinernya, kondisi geografisnya, sejarahnya, dan tokoh-tokoh terkenalnya.
Baca juga: Sertifikasi Guru Al-Qur’an Santri Kelas 5 KMI
Baca juga: Kajian Ekonomi, Kristologi dan Akad Nikah Dalam Pengajian Tafsir Jalalain Tambhena Ate Ke-99
Menurutnya, setidaknya ada empat syarat tulisan yang best seller. Syarat itu adalah; kisah cinta terlarang, konflik dua keluarga, junior jatuh cinta kepada senior dan orang miskin mencintai orang kaya. Ia juga mengingatkan kalau membaca karya seseorang harus hati-hati. Jangan hanya mengambil sisi negatifnya saja. Seperti yang dialaminya di karyanya Balada Si Roy. Banyak pembaca yang mengkritik karyanya itu karena ada beberapa pembaca yang ikut tenggelam dalam kelakuan buruk si Roy.
Gol A Gong saat diwawancarai reporter Media Al-Ishlah di ruangan perpustakaan kediaman pendiri Pondok Pesantren Al-Ishlah, ia mengaku senang berada di lingkungan pesantren. Sebelumnya, ia juga sering ke pondok pesantren. Baginya menulis sendiri adalah sebuah wadah untuk dakwah sebenarnya.
Karena metode dakwah yang ia gunakan adalah da’wah bil qalam. Ia bermaksud menyebarkan nilai-nilai kebaikan melalui tulisannya. Bahkan motivasi terbesarnya untuk terus menulis adalah memuliakan wanita, anak yatim, indahnya berbagi, ingin mengujungi semua saudara, cinta lingkungan dan cinta yang tidak dibeda-bedakan.
Ketika ditanya tentang Balada Si Roy, ia mengatakan bahwa sebelum menulis cerita ini, ia telah melakukan penelitian dan persiapan penuh. Sehingga dalam menulis cerita yang cukup panjang ini, ia mengaku tidak ada rintangan apalagi bosan bahkan tidak pernah kehabisan ide.
Sebab, sebelumnya ia sudah mendesign alur cerita. Ia memberi saran, agar kita tetap konsisten dengan satu cerita hingga tamat, kita harus sering sering membaca ulang karya yang kita tulis. Sehingga nantinya ketika kita kehilangan ide, dengan sering membaca ulang maka muncul ide baru sehingga kita bisa menyelesaikan cerita tersebut.
Ia menambahkan bahwa cara membuat plot twistnya pun harus membuat para pembaca penasaran dengan cerita kita. Buatlah cerita yang menjadi tanda tanya di akhir bagian cerita, sehingga para pembaca penasaran akan cerita selanjutnya sehingga pembaca akan meneruskan bacaannya ke bagian selanjutnya.
Sarannya, buatlah para pembaca itu seakan-akan hadir di cerita kita. Di ujung wawancaranya, Gol A Gong berpesan kepada santri Pondok Pesantren Al-Ishlah untuk banyak membaca agar luas pengetahuannya, sehingga dia bisa menyalurkannya lewat tulisan. Sebab seorang penulis hebat itu bukan banyak menulis, tetapi banyak membaca.
[reporter: Khoiron Ustman – fotografer: Hafidz – editor: M. R. Ridho]