Bondowoso, Media Al-Ishlah – Masjid kembar Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso sesak dengan jamaah yang turut hadir pada pengajian Rutin Bulanan “TAMBHENA ATE’” Tafsir Jalalain pertemuan ke-99 pada hari Sabtu, 5 Februari 2022. Pada kesempatan kali ini, pengajian diasuh langsung oleh Ustadz Habibi Hamzah,Lc M.Pd.I. Seperti biasanya, sebelum pengajian dimulai terlebih dahulu pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah, Abi K.H. Thoha Yusuf Zakariya Lc. memberi sambutannya.
Dalam sambutannya itu, ia mengingatkan kembali kepada para jamaah pengajian akan enam wasiat pendiri Pondok Pesantren Al-Ishlah, Abi K.H. Muhammad Ma’shum. Enam wasiat itu adalah; selalu berzikir kepada Allah, melaksanakan Qiyamul Lail, jangan lupa tilawah Al-Qur’an, meminta ampun kepada Allah (istighfar), shodaqoh, dan senantiasa mengajak orang untuk berbuat baik.
Setelah sambuatan usai, dilanjutkan dengan pengajian tafsir jalalain yang disampaikan oleh Ustadz Habibi. Pada kesempatan ini jamaah bersama-sama membaca QS. Al-Baqarah: 180 yang dipimpin oleh Ustadz Habibi. Untuk kajian penafsiran ayat tersebut akan dikaji bulan depan, sebab akan ada pembicara tamu oleh dua narasumber.
Pembicara pertama oleh Arif Mulyadi, direktur PT Permodalan Nasioanal Madani (PT PNM). Pada kesempatannya tersebut, ia memperkenalkan PT. PNM kepada para jamaah pengajian. “PNM ini adalah sebuah BUMN yang didirikan pada tanggal 1 Juni 1999, bertepatan dengan kelahiran Pancasila. Saat itu, yang mendirikan PNM adalah salah satu presiden kita yaitu BJ Habibie,” tuturnya.
Ia menjelaskan, bahwa dinamakan Pemodalan Nasional Madani oleh pak Habibie sebab BUMN ini harus bisa memberikan modal. Modal yang dimaksud terdiri dari tiga modal yaitu modal uang, modal intelektual, dan modal sosial. Ia juga menyampaikan bahwa sampai saat ini PT PNM telah melayani 5.735 kecamatan yan ada di 442 kabupaten/kota di 34 provinsi.
“Kami harus membagi tiga modal seacara nasional. Tidak membedakan suku, tidak membedakan agama, tidak membedakan wilayah. Kami harus hadir di seluruh wilayah Indonesia. Ini juga bagian dari sunah agama kita. Harus menjadi rahmatan lil alamin. Harus memberikan kemaslahatan bagi semua walaupun kepada tidak seiman dengan kita,” ulasnya.
Baca juga: Tafsir Jalalain Tambhena Ate Pertemuan Ke 98
Baca juga: Pondok Pesantren Al-Ishlah Menerima Peserta PKL SMK Bustanul Ulum Jember
Baca juga: Sertifikasi Guru Al-Qur’an Santri Kelas 5 KMI
Selanjutnya adalah pembicara ke-2 yaitu Prof. Dr. Menachem Ali MA, pakar Kristologi. Ia banyak mengulas tentang Nabi Isa yang sering menjadi kontroversi. Dari penjelasan Prof. Menachem Nabi Isa yang menjadi kontroversi di antara tiga agama yakni Yahudi, Nasrani dan Islam.
“Yang dimaksud tokohnya sama, tapi cara memahaminya berbeda. Bagi kaum Yahudi, Isa itu disebut anak zina. Bagi saudara kita Nasrani, Isa disebut anak Allah. Bagi kita muslim, Isa disebut anak Maryam,” tuturnya. Ia juga menjelaskan bahwa Nabi Isa memiliki nama asli dalam bahasa Suryani yaiu Isho De Mesikho yang dalam bahasa Arab disebut Isa Al-Masih.
Setelah Prof. Menachen selesai memberikan penjelasannya yang cukup panjang dan sempat menjawab tiga pertanyaan dari jamaah, sesuai dengan permintaan Abi Thoha, ia langsung memberikan khutbah nikah untuk pernikahan ustadz Firman Hidayat dan ustadzah Awalita Novia Rahmawati.
Usai khutbah, akad nikah pun berlangsung dengan lancar, yang secara langsung dinikahkan oleh bapak kandung dari ustadzah Awalita, dilafadzkan dalam bahasa Arab. Setelah prosesi akad nikah selesai, dilanjutkan dengan shalat Isya secara berjamaah.
[reporter: Khoiron Ustman – fotografer: Hafidz – editor: M. R. Ridho]