Bondowoso, Media Al-Ishlah – Untuk ketiga kalinya Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso mengadakan acara pagelaran seni Drama Arena, yang dilaksanakan di lapangan putra pondok pesantren Al-Ishlah pada hari Ahad, 6 Februari 2022. Drama Arena 431 tahun 2022, diprakarsai oleh santri putra kelas 4 KMI Strive Generation mengangkat tema “Al-Ishlah Mendidik Generasi Lestarikan Kebaikan Wariskan Peradaban”. Hadir dalam acara ini, pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah beserta keluarga, seluruh jajaran guru KMI putra dan putri, santri putra dan putri, wali santri dan tamu undangan.
Acara berlangsung meriah dan para hadirin menikmati persembahan santri yang penuh semangat, walaupun ditemani dengan rintik hujan dari awal acara hingga akhir acara. Suara rebana hadrah diiringi lagu sholawat membahana di langit Al-Ishlah. Ditambah dengan sambutan hangat dua MC yang siap mengiringi jalannya acara. Lantunan ayat suci Al-Qur’an yang menggema mengawali acara ini.
Di tengah derasnya hujan, santri menyanyikan lagu “Oh Pondokku” dan “Hymne Al-Ishlah”. Doa yang dipimpin oleh ketua dewan pengasuhan santri berlangsung khidmat untuk kelancaran acara ini. Sambutan ceria oleh 3 ketua pelaksana Drama Arena 431 santri kelas 4 KMI. Dilanjutkan dengan sambutan ketua pengasuhan santri putra.
Pimpinan pondok pesantren Al-Ishlah Bondowoso, KH Thoha Yusuf Zakaria, Lc turut memberikan sambutannya. Dalam sambutannya itu, ia berharap sesuai tema drama arena semoga santri Al-Ishlah dapat melestarikan kebaikan dan mewariskan peradaban. “Insya Allah Al-Ishlah akan mewariskan peradaban Islam peradaban dunia dan kita akan merubah menjadi masyarakat yang white society. Maka pesan Abi, teruslah berkreasi, teruslah berinovasi dan teruslah berkarya untuk menjadikan Indonesia yang white society,” tuturnya penuh semangat dibawah guyuran hujan.
Baca juga: Duta Baca Indonesia: “Membaca Itu Sehat Menulis Itu Hebat!”
Sosok K.H. Muhammad Ma’shum muda dengan semangat membara mengukir cita dan impian membawa Indonesia putih Indonesia bertauhid. Semangat untuk melakukan perbaikan di semua aspek kehidupan. Perbaikan kualitas diri, kualitas ekonomi dan kualitas sosial. Merubah masyarakat Dadapan yang dulunya terkenal pejudi, perampok, pemabuk dan penganut paham komunis menjadi masyarakat yang benar dan pintar. Melahirkan generasi perekat ummat yang shalih dan mushlih, dengan mendirikan pondok Pesantren Al-Ishlah. Sosok itu digambarkan dalam Grand Opening Drama Arena 431.
Pada drama arena yang ketiga ini, drama yang disajikan menceritakan tiga sahabat yang sejak pertama kali dipertemukan mereka telah berikrar akan menjadi saudara seiman dan sebangsa. Berjanji akan terus bersama dalam suka maupun duka. Dan berjanji akan terus saling mendukung dan membantu hingga hari kelulusan tiba. Meskipun mereka berasal dari tiga daerah yang berbeda dan terpisah sangat jauh namun semangat juang menuntut ilmu yang menyatukan mereka dalam niat yang mulia.
Mereka adalah Syahril, putra daerah asli Papua. Tengku Ahmad, datang dari daratan Sumatra Serambi Makkah Aceh Darussalam yang agamis. Terakhir adalah Sutiyono, arek Surabaya Jawa Timur. Beberapa tampilan lain seperti Tari Nusantara, Campursari, Jabba Dance, Indian Dance, Islamic Percussion, Nasyid, Puisi Klosal, Acrobatic dan Tahfidz Show disajikan dalam bentuk drama kisah tiga sahabat tersebut.
Menutup acara ini, seluruh santri kelas 4 KMI putra dan asatidz musyrif drama arena menyanyikan lagu “lagu ini untukmu” dan lagu “di saat drama arena”. Pimpinan pondok pesantren Al-Ishlah, abi KH Thoha Yusuf Zakaria, Lc memberikan penilaian pada Drama Arena 431 tahun 2022 dengan nilai Mumtaz, Mumtaz dan Mumtaz.
Abi Thoha juga menerima cinderamata dari panitia Drama Arena 431 sebuah keris emas, melambangkan kepahlawanan, keperkasaan, kesatriaan dan juga menjadi lambang dari pada kekuatan kepemimpinan seorang pemimpin. Dengan harapan semakin ke depan Abi KH Thoha Yusuf Zakaria, Lc dilimpahkan kesehatan yang prima, dimudahkan segala urusan dan senantiasa berada di bawah naungan Allah SWT.
[reporter: Khoiron Ustman – fotografer: Hafidz, Zaki. Farrel – editor: M. R. Ridho]
