
Bondowoso, Media Al-Ishlah – Jum’at,(13/06/25) Perbedaan persepsi di tengah masyarakat seringkali menjadi pemicu pertikaian yang berujung pada tindak kekerasan. Dalam rangka memperkuat pemahaman agar tidak terjadi salah kaprah ketika terjun di masyarakat nanti, penyelenggaraan Penataran Calon Alumni KMI kali ini membahas tentang persepsi dakwah yang diisi langsung oleh Ketua Departemen Dakwah Pondok Pesantren Al-Ishlah, Usatdz Drs. Danok Sujiatno di Masjid Kembar Pondok Pesantren Al-Ishlah.
Baca Juga: Penataran Calon Guru 2025 Berakhir dengan Pesan Mendalam tentang Shalat dan Ketakwaan

Dimulai dengan diskusi mengenai definisi persepsi, Ustadz Danok memperumakannya, dengan perbedaan sudut pandang mengenai masjid yang dilihat oleh dua asatidz dari arah yang berbeda, “Persepsi adalah sudut pandang mengenai suatu hal, dan tentu, setiap orang akan meyakini kebenaran yang ia dapatkan sesuai dengan keyakinannya. Seperti masjid ini, ketika dilihat dari arah barat, tampak kubah dan masjid, tapi ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari arah timur, masjid tampak kubah, tangga, dan ruangan pemisah antara masjid putra dan putri,” jelas Ustadz berkacamata ini.
Baca Juga: Bekal Alumni 2025: Bukan Ibu Rumah Tangga Biasa
Berbagai perbedaan persepsi inilah yang seringkali ditemui ketika berhadapan dengan masyarakat luas. Sayangnya, tak sedikit yang berlebihan dalam memahami persepsi masing-masing sehingga menimbulkan banyak kekacauan.
Seperti halnya, antara satu kelompok Islam dengan kelompok yang lainnya, tak jarang saling menjatuhkan dan merasa paling benar di antara yang lain. Keadaan ini justru memperburuk jalinan silaturrahim antara sesama umat muslim, yang contohnya ia jelaskan dari kisah wafatnya Abi Thalib ra. atas korban berlebihan dalam meyakini persepsi.

Ia menekankan pentingnya pemahaman tentang menghargai perbedaan persepsi, yang akan membentuk karakter, “Supaya tidak datang menghunus pedang karena perbedaan definisi,” sambungnya.
Selanjutnya, ia mengutip surah An-Nahl ayat 97, yang artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka Allah akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan balasan yang lebih baik di akhirat.

Jelaslah, ayat ini menegaskan prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam beramal sholeh. Maka begitulah seharusnya dakwah, masing-masing harus menghargai peran tanpa saling merendahkan satu sama lain. Dengan penuh keyakinan, ia menegaskan, “Untuk itu, kamu semua harus menjadi istimewa di hadapan Allah, karena Allah menciptakan kamu sebagai orang istimewa,” ucapnya.
Menurutnya, fokus pada keistimewaan yang kita miliki adalah hal yang terpenting, “Keunggulan kita itu, soal bagaimana kita dekat dengan Allah, dan kepercayan Allah kepada kita.”
Baca Juga: Pengajian Rutin Tafsir Jalalain Tambhena Ate ke-139: Menguak Keistimewaan Ayat Kursi
Diharapkan, seluruh asatidz dan asatidzah yang akan mengakhiri masa pengabdiannya pada tahun ini memiliki pondasi yang kuat ketika terjun di masyarakat nanti, sehingga terlahir paradigma yang jujur, luas dan berkembang.
Reporter: Qonita Husna Zahida
Fotografer: Lady Fahira
Editor: M.R. Ridho