
Bondowoso, Media Al-Ishlah – Jum’at, (13/06/25) Peningkatan kapasitas kualitas kepribadian terus ditingkatkan menjelang berakhirnya masa pengabdian, termasuk pula persiapan-persiapan sebelum terjun kepada masyarakat. Untuk mencapai pemahaman yang matang, KMI menyelenggarakan kegiatan Penataran Calon Alumni KMI pada tanggal 13-15 Juni 2025 di Masjid Kembar Putri Pondok Pesantren Al-Ishlah.
Baca Juga: Penataran Calon Guru 2025: Bagaimana Syari’at Dapat Membentuk Kepribadian
Secara khusus, pemateri pertama, Ummi Yuyun Dwi P, S.K.M. menguraikan makna mendalam dari istilah rabbatul bait. Tentu, fitrah seorang muslimah untuk menjadi seorang rabbatul bait perlu ditanamkan sejak dini, agar tidak menimbulkan persepsi yang melenceng.
Rabbatul bait bukan hanya sekadar menjadi ibu rumah tangga, yang dianggap sebagai pekerjaan sampingan oleh sebagian orang. Tetapi, sebagai pengelola rumah dengan berbagai peran yang bertugas 24 jam tanpa henti.

Ummi Yuyun menegaskan urgensi pendidikan yang tinggi bagi calon rabbatul bait, “Buang pikiran, bahwa perempuan tidak butuh pendidikan yang tinggi. Semua itu butuh ilmu, menjadi rabbatul bait tidaklah mudah, kita harus melakukan segala sesuatu atas dasar ilmu.” Maka jangan sampai ada pikiran, seorang perempuan tidak perlu belajar tinggi-tinggi.
“Manjadi ibu itu bagaimana akan mengajarkan sesuatu yang terbaik pada anaknya. Kalo nggak punya ilmu? Apa yang bisa diajarkan?” Ucap kepala KBIT dan TKIT Al-Ishlah.
Baca Juga: Penataran Calon Guru 2025: Bagaimana Syari’at Dapat Membentuk Kepribadian
Menurutnya, sebagai ibu dengan tugas tak terbatas, harus mengutamakan pendidikan anak, pandai mengelola kesehatan anak, menyiapkan anak dengan sebaik-baik kondisi, menjaga keharmonisan keluarga, sekaligus menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya.
Pondasi utama yang harus disiapkan sebelum menikah sekaligus menjadi rabbatul bait adalah memperkuat tauhid, ibadah, dan akhlaq. Tak lupa, untuk menjalankan seluruh syariat Allah di seluruh aktivitas sehari-hari. Tentunya, dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, dan hadits sebagai pedoman dalam bersyariat.

Lebih lanjut, Ummi Yuyun menguatkan semangat kebaikan para asatidzah dari pengabdian satu sampai tiga yang menyimak dengan saksama seluruh penuturan dari Ummi Yuyun dari awal hingga akhir, “Setiap hari harus ada perbaikan pada diri kita. Masih banyak PR kita, maka terus luangkan waktu kita untuk belajar, dan ambil pelajaran terbaik dalam hidup kalian,” tuturnya dengan senyum terukir.
Baca Juga: Penataran Calon Guru 2025: Mempersiapkan Santri Profesional Dari Ilmu Hingga Kepemimpinan
“Mumpung masih muda, bergeraklah sebanyak-banyaknya untuk kebaikan. Karena bagi yang sudah tua, keinginan banyak, tapi tenaga terbatas,” sambungnya.
Dengan memberikan pembekalan yang matang, diharapkan seluruh calon alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah siap terjun dengan berbagai macam hal kepada masyarakat.

Terakhir, Ummi Yuyun memberikan pesan inspiratif kepada seluruh asatidzah yang akan menyelesaikan masa pengabdiannya pada tahun ini, “Jangan sampai terwarnai oleh lingkungan. Kalian harus bisa mewarnai lingkungan baru kalian di manapun kalian berada.”
Reporter: Qonita Husna Zahida
Fotografer: Lady Fahira
Editor: M.R. Ridho