Aditya Akbar Hakim: Investasi Terbaik Adalah Untuk Leher ke Atas!

Suasana Workshop Penulisan di Gedung Olahraga (GOR) Pondok Pesantren Darul Istiqamah (Foto: Dokumentasi Daris)

Bondowoso, Media Al-Ishlah – Literasi menjadi salah satu kebutuhan penting bagi setiap orang. Tanpa literasi, orang akan mengalami banyak kesulitan. Diantaranya adalah munculnya berbagai hambatan dalam pendidikan dan juga pekerjaan yang dilakukan. 

Ahad, (29/06/25) Jurnalis Media Al-Ishlah berkesempatan mengikuti Workshop Penulisan yang bertempat di Gedung Olahraga (GOR) Pondok Pesantren Darul Istiqamah, Pakuniran, Maesan, Bondowoso.

Suasana Workshop Penulisan di Gedung Olahraga (GOR) Pondok Pesantren Darul Istiqamah oleh Mas Aditya Akbar Hakim (Foto: Dokumentasi Daris)

Mendatangkan seorang penulis asal Lamongan sebagai pemateri, Mas Aditya Akbar Hakim berkesempatan mengisi pada acara yang mengusung tema “Mengabadi Melalui Tulisan” ini.

Diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an untuk menambah syahdunya acara, hadirin yang terdiri dari santriwan, santriwati, asatidz dan asatidzah Pondok Pesantren Darul Istiqamah (Daris) mengikuti jalannya acara dengan saksama.

Dilanjutkan dengan sambutan pertama yang disampaikan oleh Ketua Majelis Pengasuhan Santri (MPS), Ustadz Zuhdi Abdillah. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa dengan menulis seseorang akan terus dikenang abadi. Hal itu karena meskipun ia telah tiada, tapi tulisannya masih terus tetap ada dan dapat dibaca oleh semua orang pada masa-masa setelahnya

“Dengan adanya seminar ini, semoga santri dan khususnya saya sendiri bisa termotivasi untuk menulis,” ujarnya kepada semua yang hadir.

Sambutan selanjutnya oleh Mas Aditya, ia menyampaikan beberapa kalimat pengantar sebelum memaparkan materi pada inti acara.

Setelah seluruh rangkaian acara pengantar selesai, pembawa acara pun memberikan waktu dan tempat sepenuhnya kepada Mas Aditya. 

Baca Juga: Mewujudkan Pramuka Cerdas, Dalam Menghadapi Tantangan Zaman

Sebelumnya, terlebih dahulu Wakil Ketua Pengurus Daerah Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (PD GPMB) Kabupaten Lamongan ini mengungkapkan kebahagiaannya karena dapat kembali mengisi acara di pondok pesantren, “Saya itu paling seneng dan suka sekali kalo diundang ke pesantren,” ucapnya.

Salah satu motivator pelajar ini juga berpendapat mengenai  peran penting pondok terhadap literasi, “Bagi saya, pondok itu ruh dan ibunya literasi.” 

Owner dari gerakan literasi Gemar Maos ini, mengajak para santri agar terus giat dalam menuntut ilmu. Karena ilmu tersebut akan menjadi investasi paling berharga bagi kita kelak, “Investasi itu dari leher ke atas, bukan leher ke bawah!” ujarnya memberikan kiasan yang mengandung makna bahwa leher ke atas adalah keperluan otak berupa ilmu pengetahuan, dan leher ke bawah atau keperluan perut berupa makanan dan minuman.

Penulis yang juga berkesibukan sebagai guru di SMAN 2 Lamongan ~salah satu sekolah terkenal di Lamongan~ ini memuji para santri yang dapat bertahan dalam perjuangan menuntut ilmu di pesantren. “Murid saya itu sugih semua, kaya raya. Tapi mentalnya tidak seperti antum,” jelasnya kepada para santri.

Suasana Workshop Penulisan di Gedung Olahraga (GOR) Pondok Pesantren Darul Istiqamah (Foto: Dokumentasi Daris)

Penulis buku “Sedekah Pengubah Nasib” ini juga menjelaskan bahwa ada profesi yang tidak dapat tergantikan hingga kapanpun jua, “Profesi di muka bumi ini yang tidak bisa digantikan mesin itu salah satunya guru,” kata penulis Buku Full Mayor (Penerbit Besar) ini.

Menurutnya, banyak orang yang memiliki ilmu dan pandai menyampaikan ilmunya dimana-mana. Tapi sedikit sekali dari mereka yang mau dan bisa menuliskan ilmunya tersebut, “Coba kalian lihat, dalam satu daerah banyakan penceramah atau penulisnya?” ujarnya memberikan perbandingan.

Tulisan juga membawa banyak sekali keajaiban bagi penulisnya. Dengan menulis, kita akan diperjalanan oleh buku ~tulisan kita~ dan digerakkan oleh semesta kehidupan. Tapi tentu hal itu tidak dengan mudah didapatkannya. Harus serius dan tekun dalam mengerjakannya. Karena apa? Karena konsistensi menjadi kunci ketika kita ingin sukses dalam menulis.

Tips konsisten menulis dari salah satu tim Majelis Pustaka Informasi, dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ini adalah mulai menulis dari hal yang dekat-dekat dan ada di sekitar kita saja. 

Baca Juga: Shilaturrahim dan Pertemuan Wali Santri Baru Bersama Pengurus Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso Tahun Ajaran 1446/1447 H. – 2025/2026 M.

Selain itu, bergabung ke dalam komunitas juga menjadi hal yang paling efektif untuk menjaga konsistensi, “Gabung komunitas! Nanti bertemu dengan orang-orang yang sama visinya, maka itu akan menjaga konsistensi.”

“Di dunia ini tidak ada yang namanya jenius, yang ada itu latihan terus-menerus!” ucap Sekjen Yayasan IQRO Semesta ini.

Selain itu, memperluas relasi juga menjadi hal yang sangat penting bagi seorang penulis, “Teman banyak itu menjadi pintu-pintu rezeki yang luar biasa,” ucapnya.

Ia juga menuturkan kepada para santri agar tidak mudah menyerah dan patah semangat ketika tulisan kita dinilai jelek oleh orang lain, “Dicaci, dibully, itu bagi saya adalah anugerah,” jelasnya.

“Membaca membuat mulia. Menulis mengikat makna,” tuturnya sebelum mengakhiri pemaparan materi.

Ia pun mengajak para santri untuk berjanji bersama, agar setidaknya mereka memiliki satu tulisan seumur hidup, “Satu buku sebelum mati!” ucapnya dengan lantang diikuti oleh para santri dan semua yang hadir.

Suasana Workshop Penulisan di Gedung Olahraga (GOR) Pondok Pesantren Darul Istiqamah (Foto: Dokumentasi Daris)

Selanjutnya, Mas Aditya membuka sesi tanya jawab bagi para audience. Pertanyaan yang diajukan kepadanya pun sangat beragam. Ada yang bertanya tentang buku bajakan, cara mengajak orang agar memiliki minat baca, cara menerbitkan buku, pendapat penulis tentang buku yang mengandung toxic, dan cara mengatasi writer’s block.

Ia menegaskan bahwa sebisa mungkin kita menghindari pembelian buku bajakan. Karena buku bajakan itu melanggar peraturan dan hak cipta serta akan dzholim kepada penulis, penerbit, dan semua yang berperan dalam terbitnya buku itu. 

Cara membedakan buku bajakan dengan yang asli pun tak sulit bagi kita. Karena banyak hal yang sangat berbeda, diantara yang paling mencolok adalah dari tulisan di covernya yang biasanya tidak timbul dan juga kertas di setiap halamannya yang terlihat lebih lusuh.

Buku terbit hari ini, sehari sebelumnya sudah terbit bajakannya!” jelasnya tentang persebaran buku bajakan yang sangat cepat.

Untuk mengajak orang agar memiliki minat baca, ia menyarankan agar menyadarkan orang itu terlebih dahulu bahwa membaca itu adalah kebutuhan, “Jadikan membaca itu prioritas dan keperluan kita!” tegasnya. 

Jika kita telah menganggapnya kebutuhan, maka apapun keadaannya kita tak akan pernah meninggalkanya, sama seperti makan.

“Membaca itu ga harus langsung tuntas lho ya, dicicil!” ucapnya.

Ada dua macam jalur penerbitan yang berbeda. Jalur mandiri harus mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk menerbitkan buku tapi akan terbit dalam jangka waktu yang lebih cepat. Pertimbangannya, menerbitkan mandiri itu lebih beresiko. Karena jika buku kita ternyata tidak laku, maka kita mengalami kerugian.

Untuk buku-buku seperti milik Mas Aditya, jalur menerbitkannya dengan mengajukan ke penerbit-penerbit besar untuk diseleksi dan akan diterbitkan gratis jika memang lolos. Tapi proses terbitnya itu jauh lebih lama dibandingkan jalur mandiri. Karena cara ini membutuhkan waktu hingga kurang lebih tiga bulan untuk menunggu dari proses pengajuan hingga diterbitkan jika lolos seleksi.

Baca Juga: Sinergi Menuju Kelas Akhir: Pengurus KMI Putri dan Wali Santri Kelas 5 Gelar Dialog Hangat dan Penerimaan Rapot

Sisi lainnya, menerbitkan buku lewat penerbit-penerbit besar jauh lebih menguntungkan karena tidak ada potensi untuk mengalami kerugian. 

“Orang menjadi penulis besar itu bukan karena bakat, tapi karena berlatih!” tuturnya menyemangati para santri.

Saran Mas Aditya tentang buku yang mengandung toxic, hendaknya buku-buku seperti itu ditinggalkan. Karena itu akan merusak otak, “Harus selektif ya teman-teman!” imbaunya. 

Ia juga menuturkan daripada memilih buku-buku seperti itu, jauh lebih baik bagi kita untuk membaca berbagai buku lain yang banyak mengandung manfaat bagi kita, “Semua buku-buku saya itu, hampir rata-rata motivasi islami,” jelasnya.

Terakhir, tentang writer’s block, ia menjelaskan dua cara untuk mengatasinya. Pertama adalah dengan merehatkan otak dengan cara refreshing ke tempat liburan misalnya. 

Kedua adalah dengan mencari inspirasi dan motivasi baru dari buku-buku yang sesuai dengan tema atau topik dari tulisan yang sedang kita kerjakan. 

Sebelum mengakhiri sesi tanya jawab, penulis muda ini kembali memotivasi santri untuk terus semangat dalam menulis, “Ingat! Menulis buku itu tidak bisa sekali duduk selesai,” jelasnya.

Suasana Workshop Penulisan di Gedung Olahraga (GOR) Pondok Pesantren Darul Istiqamah (Foto: Dokumentasi Daris)

Sesi tanya jawab pun selesai. Kini para audience diminta untuk berdiri dan mengambil foto bersama dengan pemateri yang sering berkeliling Indonesia mengisi di berbagai workshop bersama program Ngaji Literasi yang digagas oleh penerbit Gramedia ini.

Setelah acara, para santri dipersilahkan untuk melihat, memilih, dan membeli berbagai buku yang telah disediakan di bazar.

Sebelum meninggalkan tempat acara, Jurnalis Media Al-Ishlah pun berkesempatan berbincang dengan pemateri serta memberikan sedikit kenangan kepadanya berupa beberapa edisi Majalah Media Al-Ishlah.

Reporter: M. Alfino E.H.
Fotografer: Dokumentasi Daris
Editor: M.R. Ridho, Qonita Husna Zahida

Informasi PSB Tahun Pelajaran 2025/2026

Pendaftaran Santri Baru (PSB) KMI Al-Ishlah Putra & Putri Tahun Pelajaran 2024/2025 dibuka pada tanggal 1 Oktober 2024 s.d. 25 Juni 2025

Days
Hours
Minutes
Seconds