Al-Ishlah Bondowoso. Bondowoso (Sabtu, 7 Maret 2020) diguyur hujan sejak siang. Tetapi, sejak sebelum Maghrib, alhamdulillah Masjid Kembar Pondok Pesantren Al-Ishlah telah ramai dipenuhi ribuan jama’ah. Sudah menjadi jadwal tetap setiap bulannya, di sabtu pertama diadakan pengajian rutin Tambhena Ate’ Tafsir Jalalain.
Pada kesempatan ini, ada pembicara tamu yaitu Ustadz Felix Siauw. Setelah dibuka dan diawali Abi K.H. Thoha Yusuf Zakariya Lc. dengan mengingatkan amalan wajib jama’ah Tafsir Jalalain dan membaca Al-Qur’an, dipersilakan Ustadz Felix Siauw untuk mengisi pengajian.
Ustadz Felix Siauw menceritakan tentang kakak laki-lakinya. “Orang yang paling saya benci bukan mereka yang membenci dakwah saya, bukan mereka yang mempersekusi saya, tetapi orang yang paling saya benci adalah kakak kandung saya sendiri,” ujar Ustadz Felix.
Kakak yang tidak pernah dia anggap, kakak yang tidak pernah mengayominya dan bahkan malah mengganggu, membully dan memukulnya. Kakaknya adalah orang yang paling dia benci. Suatu ketika kakaknya menanyakan tentang satu hadits, lalu dia mengajak ngopi agar bisa ngobrol banyak.
Tetapi karena kebencian kepada kakaknya, Ustadz Felix malas mengiyakan ajakannya. Lalu, Ustadz Felix mengajaknya agar datang ke kajian yang akan diisi olehnya besok. Masya Allah, ternyata kakak Ustadz Felix menghadiri kajian, dan Ustadz Felix pun merasa berdosa. Ustadz Felix adalah orang yang dianggap sebagai dai, yang seharusnya mengajak orang untuk masuk Islam, dan sekarang tanpa dia sadari malah menghalangi dakwah, menutup potensi orang yang akan masuk Islam.
Singkat cerita, setelah beberapa kali pertemuan dan banyak ngobrol kakak Ustadz Felix telah mengimani Allah sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai Nabi utusan Allah. Maka, Ustadz Felix pun mendorong kakaknya agar segera bersyahadat. Akhirnya, kakak Ustadz Felix pun bersyahadat di depan Ustadz Adi Hidayat dan jamaah musawarah.
Banyak orang yang mengira kebahagiaan adalah karena harta. Banyak orang yang mencari harta mati-matian. Hal ini salah, karena orang tersebut mencampuradukkan senang dan tenang. Kebahagiaan adalah ketenangan. Sedangkan orang mencari harta, hanya mencari senang, dan malah mencari ketegangan hidup. Bahwa dengan menjadi kaya mereka bahagia, itu terbukti salah. Banyak orang kaya yang bunuh diri.
Bagi orang lainnya, kebahagiaan bisa didapat jika badan sehat. Karena kekayaan tanpa kesehatan ternyata menjadi sia-sia. Banyak uang, tetapi tidak bisa dinikmati. Punya kekayaan, tapi habis untuk membayar biaya pengobatan. Maka, banyak orang kaya yang bingung, ternyata kekayaannya tidak bisa melawan virus corona, apalagi malaikat maut.
Ternyata, anugerah yang paling berharga adalah kemampuan kita mengecap manisnya iman. “Ternyata, yang paling berharga dalam hidup kita adalah iman,” kata Ustadz Felix. Maka, jika kita semua telah merasakan hidayah dan manisnya iman, bersyukurlah. Ustadz Felix menambahkan, “Hidayah Allah itu persis kayak air, yang harus selalu kita minum ketika haus. Maka, tidak cukup kita minum hanya sekali, begitu pula dengan hidayah.” (Rep: M.R.Ridho)