
Bondowoso, Media Al-Ishlah – Sabtu, (01/10/2025) Pondok Pesantren Al-Ishlah kembali melanjutkan tradisi keilmuan melalui kegiatan Tafsir Jalalain ke-144. Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap bulan ini menjadi salah satu agenda penting dalam pembinaan ruhiyah dan keilmuan santri dan masyarakat.

Acara dibina langsung oleh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso, Abi K.H. Thoha Yusuf Zakariya, Lc., dan dijelaskan oleh Ustadz Habibi Hamzah, Lc., M.Pd., selaku pemateri utama. Dalam kesempatan kali ini, ia membahas tentang keutamaan sedekah, keikhlasan dalam memberi serta adab seorang mu’min dalam berinfak di jalan Allah.
Baca Juga: Mencegah Penularan HIV dan AIDS pada Remaja

Kegiatan Tasir Jalalain ke-144 diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh Fabian Tirta, santri kelas 4 Kulliyatul Mubalighien Al-Islamiyyah Putra (KMI Pa) Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso.
Dalam sambutannya, Abi K.H. Thoha Yusuf Zakariya, Lc., menyampaikan bahwa orang yang bangkrut di akhirat bukanlah mereka yang kehilangan harta, tetapi seseorang yang membawa amal kebaikan, namun amal tersebut gugur karena di dunia ia suka menyakiti orang lain, menuduh tanpa dasar, ghibah, dan merebut hak saudaranya.

Tak lupa Abi K.H. Thoha mengingatkan kembali enam wasiat Pendiri Pondok Pesantren Al-Ishlah sebagai fondasi spiritual dan moral yang dipegang teguh oleh jama’ah Tafsir Jalalain. Wasiat itu adalah dzikrullah, sholat malam, tilawah Al-Quran, istighfar, shodaqoh dan mengajak orang pada kebaikan.
Baca Juga: Puskesmas Grujugan Edukasi Santri Al-Ishlah Tentang Bahaya HIV/AIDS

Dalam pemaparannya, Ustadz Habibi menjelaskan Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 261-263. Ia menyampaikan bahwa surat Al-Baqorah ayat 261 menggambarkan betapa besar pahala bagi orang yang bersedekah dengan tulus karena Allah. Sedekah diibaratkan seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji simbol berlipat gandanya pahala amal kebaikan.

“Ayat ini menunjukan bahwa nilai sedekah tidak hanya diukur dari jumlah yang diberikan, tetapi dari keikhlasan hati dan kebersihan niat seseorang, Allah tidak membutuhkan harta kita, melainkan ketulusan hati kita,” ucap salah satu Dosen STIT Al-Ishlah Bondowoso tersebut.

Ia menekankan makna ayat 262-263 yang menegaskan pentingnya menjaga etika setelah bersedekah, karena amal kebajikan dapat gugur nilainya apabila disertai dengan ucapan yang menyakitkan dan sombong terhadap penerima.
Baca Juga: Koppontren Al-Ishlah Dorong Pertumbuhan Usaha Warga Pesantren Melalui Bazar Tahunan

“Sedekah yang diiringi dengan ucapan menyakitkan hati justru dapat menghilangkan pahala, Allah lebih mencintai ucapan baik daripada pemberian yang disertai rasa riya’ dan sombong terhadap penerima,” tegasnya.

Kegiatan Tafsir Jalalain ke-144 ditutup dengan do’a bersama yang dipimpin oleh Gus Ahmad Jaisyu Muhammad agar senantiasa diberikan kekuatan untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dan istiqomah dalam kebaikan.

Reporter: Nur Faizin Fatih
Fotografer: Adly Fahreza
Editor: Qonita Husna Zahida




