Dari Al-Ishlah, Menuju Perbaikan Indonesia Dan Dunia (Tulisan Ustadz Ahmad Khozinudin, S.H.)

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik


“Lebih Baik Mati Di Medan Tempur, Daripada Mati Ditempat Tidur” “Berjuang Mati Tidak Berjuang Mati, Maka Berjuanglah Sampai Mati” [KH Muhammad Ma’shum, Allahu Yarham]

Pagi itu (Sabtu, 2/10), selepas sholat subuh dan mendengarkan ceramah dari Ust Ismail Yusanto, dipandu langsung oleh KH Toha Yusuf Zakaria, LC, kami serombongan tamu diajak ziarah ke Makam KH. Muhammad Ma’shum, pendiri pondok pesantren Al-Ishlah Bondowoso. Di area makam keluarga, KH Toha Yusuf Zakaria menjelaskan satu persatu makam yang ada, sekaligus menunjukkan posisi makam beliau jika kelak dipanggil Allah SWT.

Selain penulis ada Ust Ismail Yusanto, Bang Anton Permana, Bang Ruslan Buton, Ust Fajar Kurniawan, Pak Mintarjo, dan sejumlah alumni Ponpes Al-Ishlah yang memang diundang untuk menghadiri acara silaturahmi di Ponpes Al-Ishlah. Dalam kesempatan itu, Ustadz Ismail Yusanto diminta oleh KH Toha Yusuf Zakaria untuk memimpin doa.

Sepanjang napak tilas pesantren, banyak poster KH Muhammad Ma’shum yang menghiasi lingkungan pondok. Diantara redaksi yang sempat terbaca, dan merupakan Qoul terkenal dari almarhum adalah apa yang penulis kutip dalam muqaddimah tulisan ini.

Ruh Jihad begitu kuat, auranya membuat penulis tak mampu menahan air mata menetes saat pembawa acara membacakan satu bait pantun yang digubah oleh KH Muhammad Ma’shum. Kalau dahulu ada Jenderal Sudirman yang tetap bersama pasukan, meskipun dalam keadaan ditandu karena sakit. Almarhum KH Muhammad Ma’shum dikenal tetap berkhidmat kepada umat, tetap teguh dalam perjuangan dakwah Islam, meskipun dalam kondisi sakit.

Hal yang sama nampak juga pada Ustadz Slamet Sugianto. Saat mengawali diakui, terlihat dia terisak. Rupanya, ruh jihad dan rasa rindu kepada KH Muhammad Ma’shum dirasakan oleh semua hadirin yang hadir dalam agenda silaturahmi di Ponpes Al-Ishlah.

Terakhir, penulis masih ingat saat ada acara konsolidasi ulama, aktivis dan ormas di Jakarta. KH Muhammad Ma’shum tetap gagah menyampaikannya orasinya, meskipun dalam keadaan masih terpasang selang oksigen di hidungnya. Di Pondok Pesantren Al-Ishlah, beliau dikabarkan dengan kursi rodanya memaksa keluar dari rumah sakit, untuk menyambut sejumlah tamu tokoh-tokoh nasional di Al Ishlah.

Saat sesi tanya jawab dalam acara silaturahmi, sejumlah alumni Al-Ishlah yang hadir menyampaikan pandangan dan sejumlah pertanyaan dengan penuh semangat. Maka tidak salah, jika Ponpes Al-Ishlah Bondowoso ini dikenal sebagai Ponpesnya para Mujahid. Aura jihad itu nampak membekas kuat pada wajah-wajah alumni yang hadir.

Alhamdulillah, penulis berkesempatan berdiskusi dengan KH Toha Yusuf Zakaria, putra dari KH Muhammad Ma’shum yang diamanahi untuk melanjutkan perjuangan dan memimpin Ponpes Al-Ishlah melakukan perbaikan ditengah-tengah umat. Melanjutkan aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

Selain mewarisi nasab, KH Toha Yusuf Zakaria juga mewarisi amanah dan tanggung jawab dari ayahnya KH Muhammad Ma’shum. Tidak mudah, bahkan mungkin juga berat menyandang Maqom penerus perjuangan KH Muhammad Ma’shum. Namun, dengan keyakinan, kesabaran, keikhlasan dan keistiqomahan, insyaallah Al-Ishlah benar-benar akan memperbaiki masyarakat Bondowoso, Rakyat Indonesia bahkan dunia.

Ya, dengan Syariat Islam yang mulia, dengan syariat Islam yang menjadi Rahmat bagi semesta alam, visi Al-Ishlah yang telah dicanangkan oleh KH. Muhammad Ma’shum akan mampu diteruskan dan mewujudkan kemaslahatan yang lebih mendunia di tangan generasi penerusnya.

Al-Ishlah, entah kapan lagi bisa kembalikan berkunjung, menginap, berdiskusi hangat dengan KH Toha Yusuf Zakaria, bercengkrama dengan alumni, menikmati Kambing Guling lezat yang dihidangkan Kiai, mendengarkan kembali syair-syair KH Muhammad Ma’shum, menikmati kopi Arab dengan rasa yang khas,…

Informasi PSB Tahun Pelajaran 2024/2025

Pendaftaran Santri Baru (PSB) KMI Al-Ishlah Putra & Putri Tahun Pelajaran 2024/2025 dibuka pada tanggal 1 November 2023 s.d. 30 Juni 2024

Days
Hours
Minutes
Seconds